TEMPO.CO, Malang — Banyak orang ogah mengenakan masker, sekalipun itu masker bedah maupun yang terbuat dari kain, dengan alasan merasa tidak nyaman ataupun susah bernapas dan bicara. Padahal masker kini jadi salah satu alat pelindung utama untuk diri sendiri maupun orang dari pandemi Covid-19.
Andreas Suprayitno melihat fenomena keengganan tersebut sebagai solusi sekaligus peluang usaha. Pengusaha air minum dalam kemasan ini menciptakan sebuah alat pelindung mulut untuk menyempurnakan fungsi masker yang diberi nama Global Respiration Guard atau GRG. Alat ini berfungsi utama sebagai penyangga di bagian dalam masker atau penyekat antara mulut dan masker.
“Saya ingin melihat orang-orang senang pakai masker karena merasa nyaman, bukan karena terpaksa atau dipaksa-paksa. Jangan sampai orang pakai masker malah merasa tersiksa,” kata Andreas, warga Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, kepada Tempo, Jumat pagi, 18 September 2020.
Pria berusia 53 tahun itu mengaku melakukan survei dua bulan sebelum membuat GRG. Andreas masuk ke beberapa pasar, seperti Pasar Dinoyo, untuk ngobrol dengan pedagang dan pembeli yang mayoritas tidak bermasker.
Ada dua keluhan yang mereka sampaikan, yaitu tidak bisa bernapas lega dan artikulasi suara jadi tidak jelas. Masker juga jadi lembap akibat percikan liur atau droplet menempel di mulut. Droplet yang menempel berpotensi jadi sumber penularan Covid-19 jika terhirup ke dalam hidung.
Alat pelindung mulut untuk menyempurnakan fungsi masker yang diberi nama Global Respiration Guard atau GRG. Foto: Istimewa
"Jadi, fungsi utama GRG adalah penjaga jarak antara mulut dan masker agar tidak bersentuhan tapi tetap bisa tertutup rapat," katanya.
Baca juga:
Harga Rp 10 Jutaan, Masker Istri KSAD Diburu Institusi Medis
Alumni Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang itu melakukan lima kali percobaan dalam membuat GRG dengan menggunakan kayu kamper. Kayu kamper dipilih karena lebih mudah dipotong sesuai bentuk yang diinginkan.